Wednesday, May 7, 2014

Teknologi Internal untuk Perlindungan Anak - Anak

Sepertinya para buyut kita benar – benar memahami berbagai bahaya nyata yang setiap saat bisa mengancam jiwa kakek – nenek kita yang masih innocent. Bahaya peluru nyasar, bom, ranjau darat, granat meledak, hingga tebasan samurai selama masa – masa perang pra-kemerdekaan merupakan bahaya nyata dan tak terduga karena bisa terjadi sewaktu - waktu. Dapatlah kita bayangkan kalau buyut – buyut kita tidak memperhatikan keselamatan kakek – nenek kita dengan serius. Sangat mungkin kakek- nenek kita mengalami cacat permanen atau bahkan meninggal di usia belia. Implikasinya, bapak ibu kita batal lahir. Sejarah berbelok. Dan kita akhirnya hanya menjadi sekian persen probabilitas masa depan yang gagal dinyatakan.

Bagaimana buyut – buyut kita melindungi kakek – nenek kita dulu?
Dengan diawasi 24 jam oleh emak?
Menyewa body guard?
Mempekerjakan baby sitter?
Hiring Shadow teacher?
memelihara Bulldog sebagai Children guard?

Barangkali ada yang menempuh cara - cara semacam itu. Namun yang menjadi fokus saya adalah penggunaan teknologi internal sebagai ‘guardian’ kakek – nenek kita. Kalau anda pernah mendengar ungkapan ‘biyen cah – cah cilik ki diisi’(dulu anak – anak kecil itu diisi), maksudnya ‘diisi’ adalah kakek-nenek kita dulu dibekali suatu energy (yang disalurkan dari buyut – buyut kita, entah melalui doa, atau azimat) supaya mereka kebal terhadap peluru, bom, dan senjata – senjata tajam. Dengan begitu kakek – nenek kita terhindar dari kematian ataupun kecacatan permanen yang disebabkan bahaya – bahaya nyata masa – masa perang.

Bagaimana dengan hari ini? Tampaknya teknologi internal warisan budaya nenek moyang tersebut telah banyak ditinggalkan. Juga, bagi mereka yang masih menggunakan malah di cap sebagai orang – orang kuno, dukun, praktisi ilmu hitam, dikafir-kafirkan, dan semacamnya. Padahal, jika kita singkirkan stigma – stigma tersebut, dapatlah kita lihat bahwa warisan moyang kita tersebut memiliki banyak manfaat -baik filosofis maupun praktis. Secara filosofis, teknologi internal seperti di atas dapat diajukan kembali sebagai antitesis dari teknologi eksternal yang mengandalkan segala peralatan di luar diri manusia dan menyisakan manusia sebagai tabula rasa. Sedangkan postulat teknologi internal adalah manusia sebagai mikro-kosmos. Salah satu manfaat praktis teknologi internal adalah berfungsi melindungi keselamatan anak – anak kecil dari mara bahaya yang mengintai.

Itulah sekelumit certa lalu yang masih hidup di pojok – pojok dusun namun tak tertulis dalam buku – buku sejarah, dan tidak menjadi perbincangan di kampus - kampus. Jaman memang berubah dan selalu akan demikian.

Kebeliaan anak – anak hari ini dijaga dengah cara yang berbeda dibanding buyut – buyut kita dulu. Sanak family, bodyguard, baby sitter, CCTV, penitipan anak, PAUD, SD, hingga pasal – pasal perlindungan anak menjadi infrastruktur yang berfungsi menjaga anak – anak dari mara bahaya. Hanya saja, kehadiran system perlindungan semacam ini sifatnya eksternal. Ia tidak hadir secara internal bersama diri anak. Kelemahannya, 1) system eksternal ini menyisakan celah yaitu manakala di waktu – waktu tertentu mereka tidak hadir di sekitar anak – anak. 2) system eksternal seperti CCTV dan UU Perlindungan anak tidak berfungsi preventif manakala anak – anak berada dalam bahaya.

Berkaca pada tragedi pedofilia di Jakarta International School (JIS), dapatlah kita pahami bahwa kejahatan yang menyerang siswa – siswa JIS bekerja melalui celah – celah kehadiran system eksternal, yaitu ruang dan waktu dimana mekanisme perlindungan terhadap siswa tidak hadir -walaupun secara riil kita saksikan di layar TV betapa pemeriksaaan masuk ke JIS sedemikian canggih dan ketat. Namun begitu, ternyata tetap ada celah. Terlebih lagi, gerombolan pedofili JIS (yang bekerja sebagai petugas cleaning service –juga guru?) tentu telah mempelajari bagaimana pola kehadiran system penjagaan tersebut sehingga mereka mempelajari celah dan strategi eksekusi yang aman.

Memang generasi kita sekarang ini tak lagi menjumpai perang melawan pasukan kolonialis seperti yang dialami buyut - buyut kita dulu. Tak ada dentuman meriam, bom dijatuhkan, peluru nyasar, ataupun ranjau – ranjau di bawah rumput. Hari ini, bahaya yang mengancam anak dapat datang dari segala penjuru dan di segala waktu. Bahaya penculikan anak, children trafficking, hingga kekerasan seksual pada anak adalah sedikit dari sekian bahaya yang mengintai. Anak harusnya tidak sekedar mendapatkan perlindungan eksternal, namun lebih penting lagi, ia juga dibekali dengan perlindungan internal yang selalu hadir bersama si anak dimanapun dan kapanpun. Syarat keterpenuhan ruang dan waktu inilah yang menjadi keungulan teknologi internal sehingga kejahatan terhadap anak – anak seperti kasus Emon, JIS, maupun robot gedheg dapat dihindari secara efektif dan efisien.

Para orang tua masa kini harusnya memiliki kesadaran dan strategi perlindungan anak yang sedalam-setara dengan apa yang telah dilakukan oleh para buyut kita. Namun kenyataannya, system perlindungan anak yang dewasa ini banyak diterapkan masih meninggalkan celah dengan resiko mengorbankan kebeliaan anak. Disinilah usaha perlindungan anak yang dilakukan oleh para buyut kepada kakek- nenek kita dulu, tetap relevan dengan kebutuhan perlindungan anak hari ini.

2 comments:

valenteraad said...

How To Open A Game Like A Viking In Your Life | Titanium
Rating: 4.9 · ‎36 reviews t fal titanium · ‎Free · titanium belly button rings ‎Game Features. titanium wedding bands for men mens titanium wedding bands 2 player, 1 player, 1 player, 5 players. This is a Viking board game in which players use titanium solvent trap monocore swords, spears, clubs and magic to build  Rating: 4.9 · ‎6,221 votes

roteaski said...

n430u8frjms078 vibrators,penis sleeves,dog dildo,dildos,sex toys,sex chair,dildo,realistic dildo,dog dildos j068a8oaxvi035